Banyak dari sekiang banyak band mengakui atau mengagap jikalau music yang mereka usung dalah blues rock, padahal belum tentu kita setuju dengan pemahaman atau pun tujuannya. Tapi kali ini saya mendengar yang sagat berbeda, padahal band ini hanya di gawangi dua orang yaitu, Dan Auerbach berada dalam posisi gitar sekaligus vocal sementara Patrick Carney pada drum yang sekaligus bertindak sebagai produser. Black Keys, mungkin beberapa orang sudah lebih dahulu mengetahui bahkan menjadi pecinta band ini sebelum tulisan ini di terbitkan, terbuktikan semua hal rock blues murni biasa disimak di setiap tracknya. Suara overdrive serta fuzz kotor yang keluar dari gitar Auerbach memanglah terdengar sangat khas, ditambah raungan vocal serak ala blues yang asik membuat mereka seperti generasi penyelamat blues yang hamper punah, sang drummer pun mengisi dengan hentakan simple tapi penuh makna akan nyawa blues yang dalam membuat band ini benar-benar sempurna. Saya tercengang dengan “Countdown”, “Heavy Soul”, dan tak lupa “She Said, She Said” yang menjadi hits dalam album ini, benar-benar mereka mengulang fenomena dikala blues 60an sedang merajai deretan music dunia saat itu. Nama band ini sendri berasal dari ide seorang artis schizophrenic bernama Alfred McMoore dan memang musiknya menggambarkan sebuah emosi seorang schizophrenic terkadang melambat dan terkadang meledak-ledak.
Minggu, 11 Desember 2011
Kamis, 08 Desember 2011
Sore
Sebuah grup band bertemakan jazzrock berbalut indie, berawal dari pertemanan rumah Ade Paloh, Mondo Gascaro dan Awan Garnida sebagai teman sebaya,hingga Awan memperkenalkan Bembi Gusti dan Reza Dwiputranto sebagai penabuh drum dan pemain gitar. Awalnya menelaah music mereka cukup sulit, mungkin karena mereka lebih cendrung kea rah jazz yang bias disebut bukan music sembarangan dan tergolong kelas mahal. Tapi di beberapa lagu terdengar lebih akrab di telinga namun tetap dengan guratan lirik yang ambigu serta multi tafsir. Kiprah mereka cukuplah berpengaruh dalam lintasan music indie, bahkan sempat menjadi beberapa soundtrack layar lebar. Sentuhan jazz dalam setiap track masih tetap terasa jelas di telinga meski mereka lebih cendrung jalan di jalur indie untuk menembus pasar.
Rabu, 07 Desember 2011
Efek Rumah Kaca
Cukup bangga rasanya mendengar hasil karya ketiga orang ini, semua lirik di tulis dengan bahasa Indonesia yang cukup tinggi nilai pengertianya. Terdiri dari Cholil Mahmud (vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (vokal latar, bass), Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar), band ini di dirikan pada tahun 2001 dan menamakannya Superego hingga tahun 2005 mereka resmi menamkan dirinya Efek Rumah Kaca yang sengaja di ambil dari salah satu lagu mereka. Kadar Pop yang terkandung dalam music mereka cukuplah berat, namun secara harmoni setiap lagu mereka mudah untuk di lantunkan. Tidak seperti band Pop biasanya, mereka lebih bias memilih bait-bait indah sekaligus keritik pedas bagi bangsa ini dan kehidupan politik yang berengsek.
Langganan:
Postingan (Atom)